I’m Not Healing

It’s been eight months since my father died……

And I’m not healing.

“Hal terburuk dari orang yang kamu sayangi meninggal dunia adalah, setiap bangun pagi kamu akan menyadari bahwa orang tersebut tidak akan pernah kembali.”

Saya lupa itu quote dari siapa. Sepertinya saya membaca di sebuah artikel. Atau mungkin dalam naskah serial TV. Lupa. Tapi saya mengingatnya selalu karena quote tersebut benar-benar menyatakan apa yang saya rasakan. Because the fact is… I’m not healing.

Semua orang-orang berpikir kehidupanku luar biasa. Beberapa bulan setelah Ayah meninggal, saya mendapatkan pekerjaan di pelatihan intensif selama 8 minggu. Saya banyak tertawa, bercanda, belajar, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa.

But I’m not healing.

Satu bulan kemudian saya mendpaat surat cinta kalau saya lulus seleksi beasiswa. Saya disibukkan dengan segala tugas, persiapan, minta surat rekomendasi dosen untuk mendaftar ke kampus. Sibuk lah pokoknya.

But I’m not healing.

Beberapa waktu yang lalu saya kumpul dengan pemuda-pemudi bangsa yang luar biasa selama sekitar 6 hari. Saya menampilkan sikap saya apa adanya. Ramai. Berisik. Cekakak’an. Ternyata saya dapat banyak respon positif. Katanya saya ratu yel-yel. Katanya saya ceria, aktif, and the bla and the bla…..

Ya alhamdulillah kalau begitu. Walau sebenarnya di dalam ini….. I’m not healing.

It sucks you know! Melihat sudut rumah dan berharap Ayah akan muncul. Berharap mendengar pintu garasi dibuka tanda Ayah akan ke Masjid. Atau berharap Ayah turun dari lantai 2 dengan kaos putih dan celana pendek kesayangannya. Atau berharap Ayah rebahan di kasur sambil pegang handphone dan pasang headset. Atau ketika di jalan melihat tempat makan favorit beliau. Atau……

Percuma saya mau nulis berapa paragfar juga. He’s gone.

And I’m not healing.

Mungkin karena itu sebenarnya saya benci rumah ini. Saya benci kota ini. Semua mengingatkan saya dengan beliau.

Mungkin karena itu saya lebih suka ketika ada kegiatan atau kerjaan keluar kota. Saya bisa sibuk. Ketemu orang baru. Ngobrol sana sini. Buka jejaring baru. At least dalam kondisi seperti itu, yang saya ingat hanya Ibu dan Kakak saya. Orang yang masih hidup!

“Ketika orang yang kamu cintai meninggal dunia, semua akan baik-baik saja. Percayalah semua akan baik-baik saja. Tapi semua tidak akan lagi sama.”

Tinggalkan komentar